Pesona PW Fatayat NU Jawa Timur; Sebuah Pendahuluan
Perjuangan untuk menguatkan akar perempuan agar dapat jejeg, sudah terus dilakukan di semua jalur, baik internal maupun eksternal. Di banyak wilayah, tetap saja perempuan butuh suport, ruang dan pendampingan. Sejauh ini, perempuan masih menjadi semacam katak dalam tempurung. Sebuah gambaran kehebatan perempuan masih sebatas di kalangan sendiri. Realitanya perempuan harus berebut dengan dunia yang lebih luas, bertempur dan mempertahankan sesuatu, dan sayangnya lebih banyak perempuan yang menyerah ketimbang yang berjuang.
Perjuangan RA Kartini telah membuka jalan, namun tidak mempersiapkan bekal perjalanan yang cukup untuk melewati jalan selanjutnya. Perjuangan RA Kartini berupa sumbangsih pemikiran dan saluran kebijakan, dengan harapan bahwa Perempuan diberi ruang bergerak secara sistemik, melalui kebijakan. Namun, pembutan jalan ini tidak dibarengi dengan penguatan internal perempuan, sehingga ketika sistem sudah kuat, kebijakan sudah berpihak, perempuan sendiri belum siap. Ada perempuan lain yang meskipun kalah populis dengan RA Kartini, namun perempuan ini telah mengutamakan pemberdayaan perempuan, penguatan kompetensi perempuan, dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk perempuan. Permpuan ini bernama Dewi Sartika. Perpaduan konsep RA Kartini dan Dewi Sartika inilah yang kemudian menjadi jalan baik bagi perkembangan perempuan di Indonesia.
Belakangan, perempuan sudah mulai menguasai wilayah publik bahkan sebagai pengambil kebijakan. Meskipun jika diprosentasikan kepemimpinan perempuan masih dibawah angka 40% Fatayat NU, sebagai organisasi yang anggotanya adalah perempuan mempunyai tanggung jawab besar untuk mewadahi dan memperjuangkan anggota. Tanggungjawab ini dituangkan dalam Garis-Garis Besar Prioritas PP Fatayat NU yang ditetapkan dalam Kongres PP Fatayat NU ke XVI di Palembang. Adapun Garis Besar Prioritas PP Fatayat difokuskan pada enam pilar sebagai berikut:
- Memperkuat Kapasitas Kelembagaan Fatayat NU
- Memperkuat Kapasitas Kader Fatayat NU
- Memperkuat Kapasitas Jamaah Fatayat NU. Memperkuat Advokasi Kebijakan untuk menjamin hak-hak perempuan, anak dan kelompok disabilitas
- Memperkuat Fatayat NU sebagai sumber pengetahuan Tentang Islam, Perempuan, Anak dan Kelompok Disabilitas
- Mengembangkan Budaya Islam Nusantara
Berdasarkan pembacaan terhadap prioritas organisasi ini, PW Fatayat NU Jawa Tumur Periode 2019 – 2024 telah merancang dan melaksanakan program-program yang luar biasa. Program PW Fatayat NU Jawa Timur yang terangkum dalam Tis’u Himmat (meminjam istilah penyanyi fenomenal Syahrini, red) begitu terpampang nyata dalam kebermanfaatannya untuk masyarakat. Salah satu program yang dilaksanakan merata di seluruh wilayah jawa timur adalah sejuk. Program Sejuk ini telah melahirkan ribuan kader yang telah digembleng dan dikuatkan secara internal. Realisasi Sejuk adalah melahirkan kader militan melalui LKD dan LKL terstandart dan sesuai SOP yang telah ditetapkan PW Fatayat NU Jawa Timur. Kader-kader militant ini akan bertempur di medan perang yang sesungguhnya yaitu masyarakat dan kekuasaan. Manurut penulis, program Sejuk ini adalah pesona PW Fatayat NU Jawa Timur.
Menilik materi LKD dan LKL, maka Materi Kepemimpinan masih dalam level mengenal kepemimpinan dan mengetahui model-model kepemimpinan yang baik dan tepat. Menurut penulis, materi ini belum sampai menyentuh pada how to be a good leader, how to be a good manager. Diperlukan Pelatihan Kepemimpinan dengan materi khusus tentang kepemimpinan dan praktik menjadi seorang pemimpin. Sebagaimana LKD dan LKL, baiknya Pelatihan Kepemimpinan juga ada “rule” nya di masing-masing tingkatan. Sehingga SOP nya jelas, dan output yang dihasilkan sesuai dengan standart yang telah ditentukan.
Menavigasi Tantangan, merealisasikan Inovasi Berkelanjutan
LKD dan LKL adalah bekal awal bagi kader untuk menjadi seorang navigator. Seorang navigator yang kompeten harus mampu membaca peta wilayah dengan tepat, sehingga dapat menyesuaikan jalur tempuh, kecepatan, dan sampai pada tujuan dengan timing, jalur dan alur yang tepat. Ini sudah dilakukan di PW Fatayat NU Jawa Timur. Sahabat Dewi Winarti telah mengcapture kebutuhan PC Fatayat NU se Jawa Timur untuk menentukan titik awal perjalanan PW Fatayat NU Jawa Timur. Peng-capture-an yang menyeluruh menjadi tolok ukur agar PW Fatayat NU Jawa Timur mampu membaca wilayah dengan peta yang tepat, sehingga navigasi akan berjalan on the rule, on the track.
PW Fatayat NU Jawa Timur memberikan pendampingan bagi PC untuk meng-capture wilayahnya dengan baik dan benar. Hasil capture ini kemudian dibaca dan dianalisa, untuk ditentukan mana yang akan dutetapkan menjadi mimpi bersama, mimpi ini yang akan membawa kita pada goals organsisasi. Setelah menemukan mimpi, maka proses selanjutnya adalah bagaimana cara organisasi sampai pada goals yang telah ditentukan. Proses ini kita terjemahkan dalam rencana strategis dan program kerja. Jika dicermati dalam pelaksanaanprogram kerja PW Fatayat NU Jawa Timur akan menampakkan kinerja Fatayat NU Jawa Timur yang lebih mengedepankan proses daripada hasil. Hasil yang bagus adalah penting, namun proses yang baik, sesuai track yang telah disepakati menjadi lebih bermakna daripada track yang hanya berorientasi pada hasil.
Proses yang baik ini telah menciptakan pemimpin-pemimpin perempuan yang mampu menjadi navigator yang kompeten. Navigator yang kompeten secara otomastis akan menyesuaikan kecepatan dengan kondisi dan situasi yang ada dalam perjalanan. Navigator akan memfungsikan rem ketika jalan sedang ada gangguan di perjalanan dan atau menginjak gass lebih dalam ketika sedang di jalan yang mulus. Tentu saja tetap mempertimbangkan batas aman bagi pengendara maupun penumpang. Dengan bahasa sederhana dapat kita simpulkan bahwa pemimpin yang baik akan secara otomatis mampu beradaptasi dengan tentangan yang ditemui di lapangan.
Adaptasi yang baik ini akan membawa pemimpin kepada pencipta inovasi yang baik. Ketika menghadapi jalan yang sedikit terjal di lapangan, seorang pemimpin memberi solusi agar perjalanan ini tetap mudah dan indah hingga sampai pada tujuan yang telah disepakati bersama. Menjadi pemimpin yang inovatif memerlukan perpaduan antara keterampilan kepemimpinan yang baik, pemikiran kreatif, dan kemampuan untuk menginspirasi orang lain. Berikut adalah beberapa proses yang dilakukan PW Fatayat NU Jawa Timur untuk menjadi pemimpin yang inovatif:
1. Berpikir Terbuka dan Fleksibel
Dalam rakor yang diadakan oleh PW Fatayat NU Jawa Timur, Sahabat Dewi Winarti selalu menjadi pemantik yang menjadi stimulus bagi PC Fatayat NU se Jawa Timur untuk keluar dari zona nyaman. Selanjutanya para wakil Ketua akan memaparkan ide-ide dalam pelaksanaan program yang telah menjadi tanggung jawabnya. Hebatnya, ide-ide ini selalu segar dan menunjukkan kebaruan (tidak terpaku dengan cara yang dipakai pimpinan sebelumnya). Tentu, pelaksaan ide ini kemudian dibahas dan dilaksanakan dengan kompromi-kompromi sesuai dengan medan yang ditempuh oleh masing-masing PC, bisa jadi pelaksanaan program akan berbeda antara satu PC dengan PC lainnya.
2. Mendorong Lingkungan yang Kreatif
PW Fatayat NU Jawa Timur telah membantu PC Fatayat NU untuk menciptakan lingkungan yang kreatif agar mampu bertumbuh dan berkembang dengan baik. PW Fatayat NU hadir kepada PC Fatayat NU untuk berdiskusi, membaca peluang, merencanakan kegiatan, dan mendampingi pelaksanaan program. Dalam proses-proses ini PW Fatayat NU menjadi stimulan agar potensi-potensi kreatif dari PC Fatayat NU se Jawa Timur muncul dengan kearifal local masing-masing. Dengan demikian PCF terdorong untuk lebih berani mencoba hal-hal baru.
3. Menjaga Kontinuitas Program
PW Fatayat NU Jawa Timur periode ini telah mengajarkan agar program yang dijalankan oleh PC Fatayat NU se Jawa Timur mengedepankan kehadiran Fatayat di tengah masyarakat. Karena bersama masyarakat, maka memerlukan komunikasi, adaptasi dan kompromi. Sehingga kontinuitas program harus dijaga agar benar-benar terasa di masyarakat. PW Fatayat NU selau mengedepankan diskusi, menciptakan modul, menerbitkan buku, dan lain sebagainya sebagai bagian dari kontinuitas. Artinya, bahwa program yang selalu didiskusikan, dibuatkan SOP, diterbitkan akan bertahan lebih lama daripada program yang hanya disiapkan sambil lalu.
4. Kolaborasi dan Membangun Tim yang Beragam
Pesona PW Fatayat NU Jawa Timur yang lainnya adalah mampu mengkolaborasikan dan membangun team yang solid dengan keberagaman latar belakang. PC Fatayat NU se Jawa Timur mempunyai kemampuan dan kapasitas yang beragam antara satu PC dengan PC lainnya. Pun juga terkait dengan penangkapan dan penterjemahan program, sehingga dengan metode dan program yang sama bisa menghasilkan out put yang berbeda. Manajerial PW Fatayat NU Jawa Timur mampu mengelola keberagaman ini dengan baik.
Kesimpulan
PW Fatayat NU Jawa Timur telah membuktikan lulus dengan baik pada konferwil Jawa Timur pada tanggal 6 – 7 Oktober 2024 yang lalu. Penguatan internal telah dilakukan secara maksimal, kader-kader telah disiapkan untuk menebar manfaat pada masyarakat. Kolaborasi dengan pemerintah, baik legislatif maupun eksekutif sudah bagus, meskipun sebagian besar masih sebatas partisipan. Fatayat NU masih dalam fase melaksanakan program yang telah dicanangkan oleh Pemkab atau Pemkot.
Di beberapa wilayah, kader-kader Fatayat NU sudah ada yang duduk di jabatan eksekutif maupun legislatif. Dengan demikian, PW Fatayat NU Jawa Timur telah membuktikan bahwa kepemimpinan satu periode ini telah mampu menggerakkan para perempuan di Jawa Timur Namun gerakan identity sebagai pejuang perempuan masih belum maksimal, apalagi dengan gerakan identity sebagai Fatayat NU. Ini menjadi PR bersama, bukan hanya di wilayah Jawa Timur, tapi juga di seluruh tingkatan Fatayat NU.