Kanigoro, Media NU Blitar
Dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Adha masyarakat muslim di seluruh dunia merayakannya dengan suka cita, ada yang melaksanakan takbir keliling, ada yang merayakan dengan keluarga di rumah, dan lain sebagainya. Lalu, bagaimana tradisi Nahdlatul Ulama dalam merakan hari raya? Simak penjelasan berikut.
Diriwayatkan dari Mbah Maimoen Zubair, KH Abdul Karim, muassis Pondok Pesantren Lirboyo berpesan,
“Sak makendut-makendute santri ojo nganti ora ngurip-urip malem rioyo loro, kanthi sholat ba’diyah Isya’ rong rakaat ditambah sholat witir sak rakaat”.
Yang artinya senakal-nakalnya santri jangan sampai tidak menghidupkan dua malam hari raya (Idul Fithri dan Idul Adlha) dengan melaksanakan sholat sunah minimal dua rokaat setelah Isya’ dan satu rokaat witir).
Salah satu hadist juga menganjurkan muslim untuk meramaikan malam hari raya, yaitu
عن أبي أمامه رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : “من قام ليلتي العيدين محتسباً لم يمت قلبه يوم تموت القلوب”. وفي رواية “من أحيا” رواه ابن ماجه
Dari Abi Umamah r.a, dari Nabi SAW, bersabda: Barangsiapa menegakkan dua malam Hari Raya dengan hanya mengharap Allah S.W.T, maka hatinya tidak akan mati pada hari matinya hati. (HR. Ibnu Majah)
Adapun berbagai amalan yang diriwayatkan dalam kitab Kanzun Najah Was Surur, karya Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi, yaitu
Pertama, Syaikh Al Hafni menuturkan ukuran minimal dalam menghidupkan malam hari raya bisa dengan shalat Isya’ berjama’ah dan meniatkan diri untuk jama’ah sholat Shubuh pada besoknya, atau dengan memperbanyak sholat sunnah dan bacaan dzikir.
Kedua, Syaikh Al Wanna’i dalam risalahnya menjelaskan, barangsiapa yang membaca istighfar seratus kali setelah shalat Shubuh di pagi hari raya, maka akan dihapus dosa-dosa dalam buku catatannya, dan pada hari kiamat akan aman dari siksa.
Syaikh Al Wanna’I juga menuturkan, barangsiapa yang membaca سبحان الله وبحمده sebanyak sertus kali pada hari raya, dan menghadiahkan pahalanya untuk ahli kubur, maka para ahli kubur berkata, ”Wahai Dzat Yang Maha Penyayang, rahmatilah ia, dan jadikanlah ia ahli surga”.
Ketiga, Syaikh Az Zuhri berkata, sahabat Anas R.A berkata, Nabi SAW dawuh yang artinya, barangsiapa di dua hari raya mengucapkan:
لا اله الا الله وحده لا شريك له، له الملك و له الحمد يحي و يميت و هو حي لا يموت بيده الخير وهو على كل شيئ قدير
sebanyak empat ratus kali sebelum shalat ‘Ied, maka Allah S.W.T, akan menikahkannya dengan empat ratus bidadari, seakan memerdekakan empat ratus budak, dan Allah S.W.T mewakilkan para malaikat untuk membangun kota-kota dan menanam pohon-pohon untuknya di hari kiamat.
Syaikh Az Zuhri juga berkata,
“Aku tidak pernah meninggalkannya semenjak aku mendengarnya dari Sahabat Anas R.A”
Dan Anas R.A dahulu juga berkata,
“Aku tidak pernah meninggalkannya semenjak aku mendengarnya dari Nabi SAW.”
Semoga dengan penjelasan di atas kita dapat mengamalkannya untuk menyambut hari raya dengan penuh suka cita dan keberkahan, wallahu a’lam bisshowab