Yaumul Bidh & Usia Purnama Coretan Jelang Gerhana Penumbra

Ika Nur Fitriani
gerhana

Jika kita perhatikan, waktu-waktu ibadah Umat Islam sangat berkaitan dengan fenomena alam (astronomis). Oleh karenanya kesesuain waktu ibadah dengan terjadinya fenomena astronomis yang menjadi sandarannya sangatlah penting. Misal, waktu Sholat magrib dan berbuka puasa adalah saat Matahari terbenam. Sehingga meskipun perhitungan waktu sudah menunjukkan matahari terbenam Akan tetapi Matahari masih terlihat maka kita harus menunggu hingga matahari terbenam. Itu sebabnya, jika kita berada di gedung pencakar langit hendaknya berhati-hati, karena saat terbenam matahari berbeda dengan yang ada jalanan.

Begitu juga dengan awal dan akhir puasa yang disandarkan pada fenomena ketertampakan sabit rembulan yang disebut hilal. Disamping puasa satu sasih penuh, juga terdapat sejumlah puasa sunnah yang berkenaan dengan tanggal-tanggal tertentu seperti puasa hari Asyuro (10 Muharraom) dan puasa hari Arofah (9 Dzulhijjah). Penyebutan hari Asyuro, hari Arofah, Hari Tasyrik dll tersebut merupakan penyebutan hari untuk tanggal-tanggal tertentu. Sebagai mana kita menyebut hari kemerdekaan RI untuk tanggal 17 Agustus, hari kesaktian pancasila untuk tanggal 1 Oktober dan hari Ibu untuk tanggal 22 Desember.

Sebagaimana Hari Arofah yang merupakan tanggal 9 Dzulhijjah, Hari Nahr yang berarti tanggal 10 Dzulhijjah dan Hari Tasri’ yang berarti tanggal 11,12,13 Dzulhijjah maka hari putih (yaumul Bidh) menunjukkan tanggal 13,14,15 di setiap sasih Hijriyah. Pada hari-hari tersebut Umat Islam disunnahkan melaksanakan puasa. Dalam salah satu hadits disebutkan pahala pada tiga hari tersebut padalah sama dengan puasa sepanjang tahun.

yaumul bidh sering disebut sebagai pertengah sasih dalam penanggalan hijriyah. Sebenarnya agak heran, mengapa pertengahan sasih hijriyyah tersebut 13,14,15. Jika kita melihat siklus lunasi Rembulan (min: 29.27, rerata: 29.53 hari; max:29.83 hari) yang menjadi dasar panjang sasih hijriyyah sebanyak 29 hari atau 30 hari, maka pertengahan bulannya adalah 14,5 dan 15 sehingga idealnya pertengahan sasih hijriyyah adalah 14 dan 15 saja. Mengapa ada tanggal 13 dalam yaumul bidh, sehingga rangkaian yaumul bidh adalah 13,14 dan 15? dan bukan 14,15, 16?

Baca Juga :  Khutbah Jumat : Renungan Gerhana Di Tengah Banyak Musibah || Bahasa Indonesia

Secara perhitungan astronomis yang semakin akurat saat ini, kita dapat keteraturan siklus benda-benda langit dengan lebih baik termasuk diantaranya adalah Purnama. Meskipun rerata siklus sinodis rembulan adalah 29,53 hari dan Purnama tampak sebagai pertengahan sklus, rerata umur Purnama (dihitung dari Ijtima’) adalah 14,759 hari, sedikit berbeda dari nihai tengah siklus sinodis 14,765 hari. Yang menarik, dalam rentang 50 tahun, usia Purnama terpendek adalah 13,906 hari dan terpanjang adalah 15,613 hari. Hal ini menjadi salah satu sebab, Purnama dapat terjadi pada tanggal 13,14 dan 15 pada sasih hijriyyah hal ini sesuai dengan waktu puasa yaumul BIdh yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Disini kita dapat melihat kesesuaian tuntunan waktu Ibadah Nabi dengan fenomena astronomis yang berkorelasi.