Momentum Harlah NU ke-99, Kiai Azizi : Jangan Sampai Kena Jargon Tidak Usah NU !

Ika Nur Fitriani
IMG 20220220 WA0016

Kanigoro, Media NU Blitar
 
Pengurus Cabang  Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Blitar memperingati Harlah NU yang ke-99 pada tanggal 16 Rajab 1443 Hijriah, kegiatan ini dikemas dengan pembacaan sholawat nabi dan potong tumpeng bersama lembaga serta Badan Otonom (Banom) NU se-Kabupaten Blitar dan kegiatan berpusat di Masjid Graha NU, Desa Minggirsari, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jumat (18/02/2022).
 
Kiai Sulhan Zubaidi, Mustasyar PCNU Kabupaten Blitar mengungkapkan NU diusia yang ke-99 ini berkembang pesat dan semakin jaya, tidak hanya di Indonesia, bahkan sudah mendunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab yang mendirikan NU bukanlah sembarang orang. Lambang NU pun tidak sembarang menggambar, tetapi dengan riyadhoh bertahun-tahun.
 
“Mbah Hasyim mendirikan NU bukan tanpa alasan, sebab jika tidak ada NU dan nanti ada beberapa mazhab yang tidak sepaham dengan ahlussunnah wal jamaah Indonesia akan ‘morat-marit’ tidak karuan,” jelas Kiai Sulhan.
 
Sementara itu, Kiai Azizi Hasbullah, Rais Syuriah Pengurus Besar (PBNU) menjelaskan, NU datang atas perintah dan izin dari Syaikhona Kholil Bangkalan dengan isyarah tongkat dan tasbih yang diberikan kepada KH Hasyim Asy’ari. Tongkat ini sebagaimana cerita Nabi Musa dijadikan sebagai pegangan, dengan makna NU berdiri harus memiliki pegangan yang kuat untuk melangkah kedepannya.
 
“Dengan begitu, meskipun di NU terdapat berbagai macam sistem dan teori, berbagai macam visi-misi, tetapi tetap satu tujuan utama lii i’lai kalimatillah ‘ ala manhaji nahdhatil ulama, yaitu lii i’lai kalimatillah ‘ ala ahlussunnah wal jama’ah”  jelas Kiai Azizi.
 
Kiai Azizi menambahkan, filosofi tongkat juga digunakan untuk menggiring, menjaga, mengatur serta meluruskan umat kepada jalan yang benar. NU sebagai organisasi yang mewadahi masyarakat yang beraliran akidah ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah, hal ini juga yang akan membawa NU pada kejayaan, bagaimanapun keadaannya. Beda halnya jika tidak terwadahi, kalau nantinya tokoh ahlussunnah wal jamaah annahdliyah tumbang, maka tumbang pula alirannya.
 
“Maka dari itu jangan sampai kena jargon tidak usah NU yang penting ahlussunnah wal jamaah, sebab jikalau seperti itu sama halnya tidak memiliki pegangan, tidak ada yang menuntut maka lambat laun akan hancur,”  pungkas Kiai Azizi.

Baca Juga :  Peningkatan Kapasitas Tentang Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang || Fatayat NU Selopuro || NU Blitar